Museum merupakan gudang ilmu,
budaya serta sejarah. dalam mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Budaya, kami
mendapat tugas mengunjungi serta membahas isi dari museum-museum yang ada di
Jogjakarta. saya dan teman-teman saya mengunjungi beberapa museum dan saya
memilih "Museum Anak Kolong Tangga", karena kecintaan saya terhadap
dunia anak.
Museum Anak Kolong Tangga merupakan
salah satu museum di daerah istimewa Yogyakarta. Museum tersebut berada di
lantai 2 gedung Taman Budaya jl. Sriwedani 1, Yogyakarta 55122, tepatnya di
sebelah utara Taman Pintar, jika dari arah Malioboro, masuk ke jalan di
sisi Pasar Beringharjo, lalu belok kanan. Sesuai dengan namanya, museum
ini terkesan mengumpat dibawah kolong tangga, tak ada papan nama besar
mentereng yang menunjukan keberadaannya. Tetapi begitu mendekati pintu masuk
yang berada dilantai dua gedung Taman Budaya, barulah terlihat gambar mencolok
dipintu masuknya, dengan berbagai macam gambar khas anak-anak.
Tampak muka Museum Anak Kolong Tangga, tergeletak beberapa
mainan dengan sengaja untuk anak-anak yang berkunjung.
Museum Anak Kolong Tangga resmi
dibuka pada 2 Februari 2008, didirikan oleh Rudi Corens, seorang seniman,
kolektor, kurator dan mantan dosen di Universitas Gadjah Mada berkebangsaan
Belgia yang telah menetap di Yogyakarta sejak tahun 1991. Ia bekerja sama
dengan Dyan Anggraini, kepala Taman Budaya Yogyakarta untuk mendirikan Museum
Anak Kolong Tangga ini.
Rudi Corens, pendiri Museum Anak
Kolong Tangga.
Berawal dari kecintaannya terhadap
warisan budaya Indonesia dan keinginannya menggali lebih dalam mengenai jaman
kolonial di Indonesia. Selain itu, ia juga begitu mencintai dunia anak,
terbukti dari koleksi yang ada di Museum Anak Kolong Tangga sebagian besar
adalah koleksi pribadi miliknya. Ia memiliki lebih dari 900 koleksi mainan.
Museum Anak Kolong Tangga sendiri memiliki koleksi hampir 6000 buah mainan
dalam berbagai bentuk dan jenis serta berasal dari berbagai negara. Tetapi
karena ukuran museum yang tak cukup besar membuat terbatasnya mainan yang
dipamerkan, hanya sekitar 1000 buah mainan. Beberapa koleksi ditempatkan diluar
ruangan, beberapa ditempatkan di etalase ruangan. Koleksi lainnya masih berada
di gudang sekretariat yayasan yang berlokasi di Bintaran Kulon MG II/25
Surokarsan – Margansan, Yogyakarta. Museum Anak Kolong Tangga beada dibawah
naungan Yayasan Dunia Damai.
Koleksi yang dipamerkan sebagian
besar adalah permainan tradisional nusantara yang populer pada masanya,
sederhana, tapi memiliki nilai budaya yang begitu kaya. Serta terdapat permainan
mancanegara yang khas dari beberapa negara, seperti boneka berbahan kain maupun kayu,
boneka tangan hingga mainan alat-alat rumah tangga eropa. Selain permainan,
dimuseum ini juga menampilkan beberapa barang anak dari masa lampau, mulai dari
tiket bus usang, rapor sekolah, dan beberapa perlengkapan sekolah bertahun-tahun
yang lalu.
Contoh mainan anak-anak Indonesia pada jaman dahulu, dua buah
sepeda mini dan keranjang bayi.
Beberapa peralatan sekolah milik anak Indonesia yang sudah
berumur puluhan tahun.
Topeng ondel-ondel
The Gingerbread Man.
Menarik sekali sebenarnya isi dari
museum ini. Seru namun sayang, museum ini kurang apik kemasannya. Walaupun
terletak dikolong tangga tapi bukan berarti tak terurus, kan? Museum ini
sedikit berdebu dan agak engap sehingga kurang nyaman berada didalamnya
berlama-lama, padahal isinya begitu menarik. Museum ini dimaksudkan sebagai
sebuah persembahan istimewa bagi anak-anak. Memang benar, karena sudah banyak
sekali mainan anak yang tergerus oleh jaman modernisasi, yang sudah tidak
diproduksi kembali. Sangat berkurang nilai seni motorik kreatif dari anak-anak.
Namun, bukannya sebuah persembahan itu harus ditampilkan dengan sebaik
mungkin.. Museum ini bertujuan agar pengunjung, khususnya anak-anak dapat
menimba pengetahuan tentang masa lampau serta menanamkan nilai-nilai budaya dan
turut menjaga kelestariannya. Namun, jika kondisi museum kurang nyaman, lantas
bagaimana anak-anak dapat menimba ilmu dengan baik didalamnya?
Ini adalah beberapa komentar pengunjung yang
ada dibuku tamu Museum Anak Kolong Tangga. Komentar berwarna hijau adalah
komentar polos dari pengunjung cilik museum ini, yang menurut saya patut
diperhitungkan.
Seharusnya komentar ini menjadi catatan penting bagi sebuah museum yang hanya memungut biaya masuk sebesar Rp. 4000
Isi dari museum ini begitu menarik,
lengkap dengan segala cerita didalamnya. Museum ini begitu total dalam
pengembangan dan pelestarian budaya anak. Ini dibuktikan dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan pihak museum, antara lain adanya bengkel seni seperti
galeri-galeri seni lainnya, letaknya tak jauh dari posisi museum berada.
Bengkel ini memproduksi berbagai mainan anak, kerajinan tangan, dan barang seni
lainnya. Setiap akhir pekan, museum ini selalu dipadati anak-anak karena
kegiatan permainan aktif yang selalu digelar pihak museum. Kegiatan lain, yaitu
“The Museum Comes Visit You” ditujukan untuk mengunjungi pasien anak-anak
diberbagai rumah sakit. Menarik sekali bukan?
Saya sebagai seorang mahasiswi yang
menggemari dunia anak, saya sangat menyukai isi keseluruhan museum ini. Namun,
bukankah lebih baik jika perawatannya ditingkatkan perlahan? Mulai dari
membersihkan seisi museum denga rutin, lalu perlahan tapi pasti, memperbesar
ruang dari museum agar semakin banyak koleksi yang dapat dipamerkan, tanpa
mengurangi ruang halaman depan untuk kegiatan anak-anak bermain. Dengan bantuan
masyarakat sekitar dan pemerintah, saya yakin museum ini akan menjadi lebih
baik dengan usaha perbaikannya.
Ukuran bagian pertama Museum
Fani, terima kasih info dan masukannya. Bisakah langkah selanjutnya Fani dan teman-teman secara sukarela membantu Museum ini untuk merapikan meningkatkan standar kelayakannya? Mungkin dengan sedikit waktu dan rasa cinta kalian terhadap permainan anak, museum ini bisa menjadi ajang belajar bagi generasi berikutnya.
BalasHapusKembali kasih, Madame :) terima kasih utk sarannya, mungkin lain waktu saya dapat berkunjung kembali dan memberi sedikit bantuan
BalasHapus