Jumat, 16 November 2012

Museum Anak Kolong Tangga

Ditulis oleh       : Taffani Rahma Yuandara

Museum merupakan gudang ilmu, budaya serta sejarah. dalam mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Budaya, kami mendapat tugas mengunjungi serta membahas isi dari museum-museum yang ada di Jogjakarta. saya dan teman-teman saya mengunjungi beberapa museum dan saya memilih "Museum Anak Kolong Tangga", karena kecintaan saya terhadap dunia anak.
Museum Anak Kolong Tangga merupakan salah satu museum di daerah istimewa Yogyakarta. Museum tersebut berada di lantai 2 gedung Taman Budaya jl. Sriwedani 1, Yogyakarta 55122, tepatnya di sebelah utara Taman Pintar, jika dari arah Malioboro, masuk ke jalan di sisi Pasar Beringharjo, lalu belok kanan. Sesuai dengan namanya, museum ini terkesan mengumpat dibawah kolong tangga, tak ada papan nama besar mentereng yang menunjukan keberadaannya. Tetapi begitu mendekati pintu masuk yang berada dilantai dua gedung Taman Budaya, barulah terlihat gambar mencolok dipintu masuknya, dengan berbagai macam gambar khas anak-anak.

Tampak muka Museum Anak Kolong Tangga, tergeletak beberapa mainan dengan sengaja untuk anak-anak yang berkunjung.

Museum Anak Kolong Tangga resmi dibuka pada 2 Februari 2008, didirikan oleh Rudi Corens, seorang seniman, kolektor, kurator dan mantan dosen di Universitas Gadjah Mada berkebangsaan Belgia yang telah menetap di Yogyakarta sejak tahun 1991. Ia bekerja sama dengan Dyan Anggraini, kepala Taman Budaya Yogyakarta untuk mendirikan Museum Anak Kolong Tangga ini.

Rudi Corens, pendiri Museum Anak Kolong Tangga.

Berawal dari kecintaannya terhadap warisan budaya Indonesia dan keinginannya menggali lebih dalam mengenai jaman kolonial di Indonesia. Selain itu, ia juga begitu mencintai dunia anak, terbukti dari koleksi yang ada di Museum Anak Kolong Tangga sebagian besar adalah koleksi pribadi miliknya. Ia memiliki lebih dari 900 koleksi mainan. Museum Anak Kolong Tangga sendiri memiliki koleksi hampir 6000 buah mainan dalam berbagai bentuk dan jenis serta berasal dari berbagai negara. Tetapi karena ukuran museum yang tak cukup besar membuat terbatasnya mainan yang dipamerkan, hanya sekitar 1000 buah mainan. Beberapa koleksi ditempatkan diluar ruangan, beberapa ditempatkan di etalase ruangan. Koleksi lainnya masih berada di gudang sekretariat yayasan yang berlokasi di Bintaran Kulon MG II/25 Surokarsan – Margansan, Yogyakarta. Museum Anak Kolong Tangga beada dibawah naungan Yayasan Dunia Damai.
Koleksi yang dipamerkan sebagian besar adalah permainan tradisional nusantara yang populer pada masanya, sederhana, tapi memiliki nilai budaya yang begitu kaya. Serta terdapat permainan mancanegara yang khas dari beberapa negara, seperti boneka berbahan kain maupun kayu, boneka tangan hingga mainan alat-alat rumah tangga eropa. Selain permainan, dimuseum ini juga menampilkan beberapa barang anak dari masa lampau, mulai dari tiket bus usang, rapor sekolah, dan beberapa perlengkapan sekolah bertahun-tahun yang lalu.


Contoh mainan anak-anak Indonesia pada jaman dahulu, dua buah sepeda mini dan keranjang bayi.

Beberapa peralatan sekolah milik anak Indonesia yang sudah berumur puluhan tahun.


Topeng ondel-ondel

The Gingerbread Man.

Proyektor Film Rumah yang dibuat pada tahun 1930an

Boneka Tali Mancanegara

Menarik sekali sebenarnya isi dari museum ini. Seru namun sayang, museum ini kurang apik kemasannya. Walaupun terletak dikolong tangga tapi bukan berarti tak terurus, kan? Museum ini sedikit berdebu dan agak engap sehingga kurang nyaman berada didalamnya berlama-lama, padahal isinya begitu menarik. Museum ini dimaksudkan sebagai sebuah persembahan istimewa bagi anak-anak. Memang benar, karena sudah banyak sekali mainan anak yang tergerus oleh jaman modernisasi, yang sudah tidak diproduksi kembali. Sangat berkurang nilai seni motorik kreatif dari anak-anak. Namun, bukannya sebuah persembahan itu harus ditampilkan dengan sebaik mungkin.. Museum ini bertujuan agar pengunjung, khususnya anak-anak dapat menimba pengetahuan tentang masa lampau serta menanamkan nilai-nilai budaya dan turut menjaga kelestariannya. Namun, jika kondisi museum kurang nyaman, lantas bagaimana anak-anak dapat menimba ilmu dengan baik didalamnya?
 Ini adalah beberapa komentar pengunjung yang ada dibuku tamu Museum Anak Kolong Tangga. Komentar berwarna hijau adalah komentar polos dari pengunjung cilik museum ini, yang menurut saya patut diperhitungkan.

Seharusnya komentar ini menjadi catatan penting bagi sebuah museum  yang hanya memungut biaya masuk sebesar Rp. 4000


Isi dari museum ini begitu menarik, lengkap dengan segala cerita didalamnya. Museum ini begitu total dalam pengembangan dan pelestarian budaya anak. Ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan pihak museum, antara lain adanya bengkel seni seperti galeri-galeri seni lainnya, letaknya tak jauh dari posisi museum berada. Bengkel ini memproduksi berbagai mainan anak, kerajinan tangan, dan barang seni lainnya. Setiap akhir pekan, museum ini selalu dipadati anak-anak karena kegiatan permainan aktif yang selalu digelar pihak museum. Kegiatan lain, yaitu “The Museum Comes Visit You” ditujukan untuk mengunjungi pasien anak-anak diberbagai rumah sakit. Menarik sekali bukan?
Saya sebagai seorang mahasiswi yang menggemari dunia anak, saya sangat menyukai isi keseluruhan museum ini. Namun, bukankah lebih baik jika perawatannya ditingkatkan perlahan? Mulai dari membersihkan seisi museum denga rutin, lalu perlahan tapi pasti, memperbesar ruang dari museum agar semakin banyak koleksi yang dapat dipamerkan, tanpa mengurangi ruang halaman depan untuk kegiatan anak-anak bermain. Dengan bantuan masyarakat sekitar dan pemerintah, saya yakin museum ini akan menjadi lebih baik dengan usaha perbaikannya.

Ukuran bagian pertama Museum

2 komentar:

  1. Fani, terima kasih info dan masukannya. Bisakah langkah selanjutnya Fani dan teman-teman secara sukarela membantu Museum ini untuk merapikan meningkatkan standar kelayakannya? Mungkin dengan sedikit waktu dan rasa cinta kalian terhadap permainan anak, museum ini bisa menjadi ajang belajar bagi generasi berikutnya.

    BalasHapus
  2. Kembali kasih, Madame :) terima kasih utk sarannya, mungkin lain waktu saya dapat berkunjung kembali dan memberi sedikit bantuan

    BalasHapus