MUSEUM WAYANG
KEKAYON
Dumateng para
sedherek lan para tamu undangan, monggo disekecakaken maos ulasan babagan Museum Wayang Kekayon
dening Yohanes
Boni Santoso
Wayang. Satu kata ini membuat
saya teringat masa kecil saya. Dimana Boni kecil sangat antusias terhadap
wayang dan pertunjukan wayang. Dahulu hampir setiap 1 bulan sekali selalu ada
pertunjukan wayang, baik di kota yang satu maupun di kota yang lain. Namun,
seiring berlarinya waktu dan tanpa saya sadari wayang seolah-olah seperti air
mendidih yang menguap. Tidak bisa ditemukan lagi dimana dia berada. Tak ada
bekasnya. Kemanakah 'air' ini, yang menjadi kesukaan saya di masa kecil?
Tapi saya bersyukur, 4
Januari kemarin saya menemukan ‘sumber mata air'. Museum Wayang Kekayon.
Terletak di Jalan Raya Jogja-Wonosari km 7 No. 277, Bantul, Yogyakarta,
Indonesia. Museum ini tidak hanya berbicara tentang wayang. Namun lebih dari
itu museum ini juga merupakan rekaman sejarah perkembangan bangsa Indonesia
dari abad 6 hingga 20. Museum yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia
sekaligus kesenian wayang ini didirikan pada 23 Juli 1990 oleh Soedjono
Prawirohadikusumo, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa. Ia mempercayai
bahwa kesenian wayang mampu mengantarkan seseorang memahami ilmu pengetahuan
sekaligus tata krama serta menuju kedewasaan, dalam arti seseorang dapat
mentransformasikan ilmunya pada generasi penerus. Museum ini dibuat bercorak
arsitektur tradisional Jawa berbentuk Joglo, menempati 9 unit bangunan dengan
luas tanah sekitar 1,1 hektar.
Pintu Gerbang Museum Wayang Kekayon |
PENGERTIAN WAYANG
Wayang
setidaknya mempunyai tiga arti, yaitu wayang kulitnya sendiri; pergelaran
wayang; dan refleksi filsafat hidup Jawa. Pergelaran wayang dahulu adalah
pergelaran sakral.
Wayang
mengandung seni: drama, sastra, suara, tari, karawitan, ukir dan pahat serta mengandung
unsur hiburan, seni, pendidikan dan penerangan, ilmu pengetahuan, kejiwaan,
mistik dan simbolis.
Nama
Kekayon sendiri mempunya arti kehidupan. Kekayon atau Kayon atau
Gunungan merupakan lambang kehidupan di dunia. Oleh karena itu, kenapa pertunjukan
wayang selalu dibuka dengan munculnya Kekayon. Dalam Kekayon terdapat beberapa gambar yang
masing-masing memiliki arti tersendiri. Gambar harimau dan banteng melambangkan
hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia di bumi. Sedangkan pohon yang bercabang empat
menjelaskan bahwa ada empat elemen penting di dunia yaitu tanah, air, angin,
dan api. Itu juga bisa berarti empat mata angin. Sedangkan pohonnya yang terak
lurus melambangkan hubungan manusia dengan sang Pencipta. Gambar pohon yang ada
pada Kekayon biasanya dibelit seekor ular yang kepalanya menghadap ke arah
kanan. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kebahagiaan, manusia harus melewati
jalan yang berliku-liku serta melakukan hal yang halal.
Sumber:
Buku Panduan Museum Wayang Kekayon
Gedung Induk |
Era Mahabharata |
Detail setiap bagian Museum Kekayon
Museum Wayang Kekayon terbagi
menjadi beberapa bagian. Pertama adalah gedung induk yang beruba bangunan Joglo
lengkap dengan kuncung, pendapa, longkang, peringitan dan juga ndalem dengan
sarean tengah. Bangunan induk ini menjadi kantor Yayasan Kekayon sekaligus
tempat dilangsungkannya pertunjukan seni. Selain itu, gedung ini juga sering
disewa untuk acara resepsi pernikahan.
Era Ramayana |
Pagelaran Wayang Purwa Gaya Jogja Lengkap |
Koleksi museum sendiri diletakkan di
bangunan-bangunan khusus yang terbagi menjadi 9 unit dengan rincian sebagai berikut:
·
Unit
1 (Wayang Purwa Gaya Jogja): berisikan koleksi wayang era Lokapala, Ramayana,
Mahabarata, pasca Bharatayudha, Wayang Wong Raden Gatot Kaca, serta koleksi
pagelaran Wayang Purwa lengkap gaya Yogyakarta.
·
Unit
2 (Wayang Purwa Gaya Solo): berisikan rincian busana wayang, silsilah Dinasti
Bharata, Palasan Krama, Jejeran Astina, Pasetran Gandhamayit, Parepatan Agung
para dewa, Karna Tanding, Budhalan Astina, Wayang Wong Sri Bathara Kresna.
·
Unit
3 (Wayang Madya dan Gedhog): berisikan Wayang Geculan, Bandung Bondowoso,
Anglingdarma, Panji-Klana, aneka gunungan Wayang Madya daya Surakarta, Wayang
gedhog gaya Yogyakarta dan Wayang Wong Dewi Shinta.
·
Unit
4 (Wayang Klitik, Krucil, dan Beber): berisikan Damarwulan Begal, Menakjingga
Lena, Rama tambak, Mintaraga, Adegan Gua Kiskendha, Wayang Klithik gaya
Yogyakarta, Wayang Klitik gaya Banyuwangi Tulungagung, Wayang Beber gaya
Surakarta dan Wayang Wong Prabu Gambiranom.
·
Unit
5 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang Madura, Wayang Dupara, Wayang
Kartasura, Wayang Kidang Kencana, Wayang Kancil, Wayang Purworejo, Wayang kaper
dan Wayang Wong Prabu Ramawijaya.
·
Unit
6 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang Bali, Wayang Menak, Wayang
Perjanjian, Wayang Suluh, Wayang Golek Menak Sentolo, Wayang Golek Menak Bantul,
Wayang Golek Wahyu, Wayang Golek Tengul dan Wayang Wong Raden Anoman.
·
Unit
7 (Wayang Golek dan Wayang Kreasi Baru):berisikan Wayang Jawa, Wayang
Tutur,Wayang Diponegaran, Wayang Golek Purwa, Wayang Golek Cepak, Wayang Golek
Sunda dan Wayang Wong Dewi Trijatra.
·
Unit
8 (Topeng dan Pagelaran Mini): berisikan berbagai koleksi topeng seperti Topeng
Yogyakarta, Topeng Bali, Topeng Madura, Topeng Campuran, Topeng Italia, Busana
Wayang Wong, Pagelaran Mini Wayang Kulit dan Wayang Wong, Yuyu Kangkang dan
Jaka Tarub, Kethek Ogleng, Jatilan dan Barong Bali dan Wayang Wong Dasamuka.
·
Unit
9 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang kerasul, Wayang Turis, Wayang
Thailand, Wayang Potehi, Wayang Karton, proses pembuatan wayang dan Wayang Wong
Raden Kumbakarna.
Wayang Suluh: Menceritakan bangsa Indonesia |
Wayang Beber Gaya Solo |
Koleksi
masterpiece adalah wayang kulit seratus kurawa dan koleksi yang unik lainnya
adalah hubungan zodiak/ bintang anda dengan tokoh wayang.
Selain
wayang, di museum ini juga terdapat berbagai replika, bangunan, dan patung yang
menguraikan sejarah Indonesia. Komplek Pancuran Bidadari melambangkan pengaruh
Eropa, khususnya bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia. Komplek
Baleranu Mangkubumi, patung Jepang, dan patung Proklamasi melambangkan babak
sejarah Indonesia sebelum masa kemerdekaan.
Pancuran Bidadari |
Patung Jepang |
Secara
pribadi saya sangat mengagumi museum ini. Di sini kita bisa menemukan segalanya
tentang wayang. Jujur, setelah saya keluar dari museum ini saya baru menyadari
bahwa saya termasuk golongan orang awam tentang perwayangan. Selama ini saya
hanya mengetahui wayang kulit, wayang golek, dan wayang purwa saja, tak lebih
dari itu. Di tempat inilah mata saya terbuka lebar tentamg perwayangan.
Kabar
kurang menyenangkan dari museum ini adalah bahwa Museum Wayang Kekayon telah melewati masa kejayaannya. Sangat
disayangkan. Pada saat saya mengunjungi museum, saya tidak menemukan pengunjung
yang lain. Dahulu hampir setiap hari selalu ada pengunjung di museum ini baik
rombongan atau perorangan. Akibat mulai sepi pengunjung, kondisi museum sedikit terbengkalai.
Pemeliharaan lingkungan terutama yang menjadi sorotan saya. Banyak lumut yang
tidak dibersihkan. Saya hampir terpeleset sebanyak 10 kali karena lumut-lumut
itu. Di dalam museum juga terdapat beberapa nyamuk demam berdarah. Saya
berhasil menewaskan 3 diantaranya. Dan juga beberapa lampu ada yang mati, kalau
tidak salah dimulai dari unit 5 - unit 9. Pada saat itu saya berada di dalam
unit yang sebagian besar lampumya mati dan bersaman dengan itu cuaca mendung
dan awan hitam pekat menyelimuti museum sehingga suasana ruangan gelap gulita.
Seolah-olah suasana saat itu sedang menggambarkan kondisi yang dialami museum.
Sebagai
seorang mahasiswa Indonesia dan UGM khususnya, selayaknya kita tidak boleh
membiarkan hal seperti ini terus terjadi. Bagaimanapun juga wayang adalah
bagian dari Indonesia dan kita pun juga bagian dari Indonesia. Harus ada
tindakan nyata supaya wayang bisa bangkit kembali. Jangan hanya menuntut pemerintah atau pengelola museum untuk bertindak, tapi kita juga harus berbuat sesuatu. Mungkin kita harus memulanya
dari ‘memungut puing-puing’, tapi percayalah bahwa dari ‘puing-puing’ itu akan
menjadi sebuah ‘vas’ yang sangat indah. Mari kita lestarikan 'mata air' ini.
Merci Boni, sudah membagi informasi tentang keunikan museum wayang, juga detail isinya. Masukan dari Boni pastinya akan sangat berguna bagi kejayaan budaya tradisional bangsa kita. Ide bagus dengan mencantumkan peta letak museum. Good job!
BalasHapus